Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

KAMIS PUTIH Kel - 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15

Aku memberikan teladan kepadamu, supaya kamu berbuat seperti tadi Kuperbuat untukmu.

Sepasang burung pelikan hidup bersama dengan dua anaknya yang masih kecil. Mereka menikmati kedamaian dan tak kekurangan apa pun. Tetapi pada suatu waktu hidup mereka mulai terusik karena musim kemarau yang berkepanjangan. Tanam-tanaman mulai menguning dan akhirnya layu. Mata air pun menjadi kering. Setiap hari induk pelikan itu terbang jauh untuk mencari setetes air bagi kedua anaknya yang kepanasan dan kehausan. Suatu waktu si induk terbang sedemikian jauh, tetapi semua usahanya sia-sia belaka, sumber air sudah mengering. Dengan sangat sedih ia kembali menjumpai anaknya. Betapa ia sangat terharu melihat anaknya yang sudah sangat kehausan. Tak sanggup ia menyaksikan anaknya menderita. Air matanya pun menetes. Induk pelikan itu memutuskan melukai dadanya, dan mengalirlah darah. Darah itulah diberikan kepada kedua anaknya. Setelah tetes darah terakhir induk pelikan tak bernyawa lagi, tapi kedua anaknya hidup oleh darah induknya.

Hari ini kita memasuki tri hari paska. Dalam tri hari paska ini kita merenungkan karya penebusan Allah bagi kita dalam diri Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Apa yang mendorong Allah untuk melakukan itu bagi kita? Tidak lain karena “begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Cinta adalah pengorbanan. Cinta Allah yang sedemikian besar itu dinyatakan kepada kita lewat pengurbanan tanpa batas.

Selama karya-Nya di hadapan umum, Yesus menunjukkan dan mengajarkan jalan yang mesti ditempuh oleh manusia untuk memperoleh keselamatan. Yesus juga menjamah, menyembuhkan orang-orang yang menderita aneka macam penyakit. Semua itu mau memperlihatkan bahwa hidup, karya dan pewartaan Yesus adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Allah prihatin akan nasib kita.

Allah mau supaya kita selamat. Ia solider dan bersama kita. Yesus adalah Immanuel, Allah berserta kita. Kehadiran Yesus adalah restaurasi dan pemulihan firdaus yang sudah dirusak dan dihilangkan manusia. Missi Yesus ke dunia adalah missi penyelamatan. Karya penyelamatan itu akan dimahkotai dengan penyerahan diri, wafat dan kebangkitan Yesus.

Pada Kamis putih, pada perjamuan malam yang terakhir, ada dua hal pokok yang kita renungkan. Pertama, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Yesus menyerahkan diri dan menyatakan diri kepada kita sebagai pelayan. Yesus sendiri berkata, “Barangsiapa di antara kamu ingin menjadi yang terkemuka, hendaklah ia menjadi pelayan dan abdi bagi sesamanya.” Kedua, Yesus menyerahkan diri menjadi santapan dalam rupa roti dan anggur. Yesus mendirikan sakramen ekaristi. Kedua tema ini sangat terkait satu dengan yang lain. Pengabidan Yesus tak pernah setengah-setengah. Pelayanan-Nya tuntas hingga penyerahan seluruh diri.

Dalam bacaan pertama dikisahkan tradisi yang dipegang teguh bangsa Israel. Setiap tahun mereka merayakan paskah, kenangan akan karya pembebasan Allah bagi mereka dari tangan perbudakan bangsa Mesir. Seluruh keluarga Israel harus menyembelih seekor anak domba, darahnya dioleskan pada jenang dan ambang pintu. Daging yang dipanggang dimakan bersama dengan roti tak beragi dan sayuran pahit. Mereka mengenakan pinggang, berkasut serta tongkat di tangan. Mereka harus makan cepat-cepat. Mengapa? Mereka siap berangkat, meninggalkan tanah perbudakan, melewati padang gurun menuju tanah terjanji. Peristiwa itu disebut Paska Tuhan. Allah lewat untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan fisik. Darah anak domba yang dioleskan itu menjadi pertanda. Allah lewat itulah arti Paska. Namun bukan hanya Allah yang lewat, manusia juga harus lewat melintasi perbudakan dosa yang jauh lebih menyakitkan. Bagi bangsa Israel, hari itu mesti dirayakan turun-temurun sebagai kewajiban untuk selama-lamanya.

Dalam perjamuan malam terakhir, sebagai orang Yahudi, Yesus bersama dengan murid-murid-Nya merayakan paska. Namun mereka tidak membutuhkan seeokor anak domba yang tak bercacat, sebab Yesus sendiri menjadi Anak Domba, seperti dinyatakan Yohanes Pembaptis, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1,35). Yesus adalah kurban pendamaian, yang memperdamaikan dan mempersatukan kita kembali dengan Allah. Dia adalah Anak Domba yang dikurban bagi kita. Darah-Nya yang tumpah di kayu salib menjadi tanda penebusan kita.

Pada perjamuan malam terakhir, Yesus mendirikan sakramen ekaristi yang mahakudus. Yesus adalah roti yang hidup. “Inilah tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu; inilah piala Perjanjian Baru, yang diikat dalam darah-Ku.” “Tubuh-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman”. Rasul Paulus mengingatkan kita, setiap kali kita merayakan ekaristi, makan dan minum dari piala yang satu dan sama itu, kita wartakan wafat Tuhan untuk penebusan kita. Setiap kali kita merayakan ekaristi, kita bersyukur atas karya penyelamatan Allah bagi kita.

Pada malam itu juga Yesus membasuh kaki para murid-Nya, bukan karena kaki mereka kotor atau berlumpur. Tindakan simbolis Yesus mau memperlihatkan bagaimana Putera Allah merendahkan diri menjadi hamba dan pelayan. Petrus tak sanggup menyaksikan rahasia perendahan diri Putera Allah. Bagi Petrus, Yesus bukan hanya sebatas Guru. Petrus mengenal Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Petrus merasa diri tak layak, “Tak pernah Tuhan boleh membasuh kaki saya?” Tetapi Tuhan selalu tampil dengan cara yang mengagumkan, di luar jangkaun pikiran manusia biasa. Banyak orang menyangka bahwa keluruhan martabat, pentingnya, tingginya harga diri seseorang diukur dari banyaknya buruh, ajudan, pengawal dan dayang-dayang yang siap melayani dan dapat diperintah untuk berbuat apa saja.

Kalau Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, Ia mau memperlihatkan kualitas seseorang diukur justru dari pelayanannya. Pelayanan adalah bagian integral dan tuntutan menjadi murid dan pengikut Yesus. Yesus membasuh kaki para murid-Nya supaya mereka siap membasuh kaki sesamanya dan demikian menjai murid yang sejati. Bagi Yesus, pelayanan bukan sebatas kata-kata yang luhur dan indah untuk diucapkan, bukan ajakan kosong. Pelayanan adalah tindakan konkrit.

Yesus bertanya kepada para murid, “Mengertikah kamu arti perbuatan-Ku ini?” Banyak orang yang mengerti tetapi tidak mau berbuat. Yesus mencela orang yang punya mata tetapi tidak melihat; yang punya telinga tetapi tidak sudi mendengar. Tak satu pun dari para murid memberi jawaban. Hening. Mereka mengerti. “Kalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, kamu pun harus membasuh kaki satu sama lain. Aku memberikan teladan kepadamu, supaya kamu berbuat seperti tadi Kuperbuat untukmu.”

Kita merayakan ekaristi atas perintah Yesus sendiri: “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Ekaristi bukan sebatas kenangan atau nostalgi. Dalam ekaristi dihadirkan karya penebusan manusia. Ekaristi merupakan tugas dan panggilan untuk mengikuti jejak Kristus yang rela mengurbankan diri demi keselamatan kita. Dengan menyambut tubuh dan darah Kristus, kita satu dengan Kristus. Semangat dan perjuangan-Nya mesti menjadi semangat dan perjuangan kita. Ekaristi tidak selesai dengan kata amen. Imam berkata, “Pergilah kita diutus.” Kita diutus untuk turut serta dalam karya Kristus untuk menyelamatkan dunia. Tiba giliran kita di mana hidup kita sendiri mesti menjadi roti dan anggur yang diserahkan dan dibagi-bagikan demi kebaikan dan keselamatan sesama kita. Di situ karya penyelamatan Kristus mesti dilanjutkan.

Yesus meminta para murid-Nya untuk bertindak seperti Dia, menjadi pelayan dan hamba yang saling membasuh kaki agar semua sama bersih. Itulah tanda kemuridan. Kita semua adalah saudara, tanpa budak atau tuan. Kita sama-sama citra Allah. Citra Allah itu dipulihkan oleh Yesus dengan menyerahkan diri dan melayani. Sebagai murid yang setia, kita juga akan bertindak seperti Yesus, Guru dan Tuhan kita.

P. Antonius Sihotang

Share this post :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting