Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

MEMILIH ANTARA KEKAYAAN ATAU KEBIJAKSANAAN (Keb 7:7-11; Ibr 4:12-13; Mrk 10:17-30)


Fr. Michael A. Aritonang OFMCapSetiap orang pasti mencari yang terbaik dan paling berharga dalam hidupnya. Untuk mendapatkan semuanya itu apapun ceritanya, akan diusahakan sedemikian rupa supaya barang yang paling berharga itu dapat dimilikinya. Tentu sebagai manusia, kita ingin mendapatkan harta yang paling berharga itu. Tetapi patut juga kita bertanya: “Apakah motivasi kita mencari harta yang paling berharga itu? Atau, Apakah yang sangat berharga itu dapat membuat kita bahagia?” Penulis kitab Kebijaksanaan menegaskan bahwa harta yang paling berharga melebihi segala harta apapun di dunia ini adalah kebijaksanaan. Sebab, kebijaksanaan itu berasal dari Allah dan dianugerahkan kepada mereka yang dengan sungguh-sungguh mencarinya. Kebijaksanaan tak dapat dibandingkan dengan emas atau perak atau harta yang paling mahal sekalipun. Karena itulah, penulis kitab Kebijaksanaan mengatakan: “Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia sebab segala emas di bumi hanya pasir di hadapannya, dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Kebijaksanaan kukasihi lebih daripada kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia daripada cahaya yang kemilaunya tak kunjung henti.”
Penulis kitab Kebijaksanaan mengajak supaya setiap orang mencari dan mencintai kebijaksaan sebagai miliknya sendiri. Dan itulah yang juga sedang diperjuangkan oleh seorang yang kaya raya yang ingin memperoleh kehidupan kekal. Dia datang kepada Yesus dan bertanya: “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Dari cerita injil, kita dapat menyimpulkan bahwa orang itu sedang mencari sandaran di mana dan bagaimana dia dapat memperoleh kehidupan kekal itu. Dia sendiri telah melakukan banyak hal yang dituntut untuk memperolehnya, seperti jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, menghormati orangtua dan sebagainya. Tetapi rasanya dia belum cukup puas dengan melaksanakan semuanya itu. Masih ada hal yang membuat dia tidak yakin akan memperoleh hidup yang kekal. Karena itulah, Yesus berkata: “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Maka engkau akan beroleh harta di surga. Kemudian datanglah kemari, dan ikutlah Aku.”

Orang kaya yang sedang mencari kehidupan kekal pergi meninggalkan Yesus dengan kecewa sebab dia disuruh utuk menjual segala harta miliknya dan memberikannya kepada orang miskin. Sepintas pastilah orang itu menganggap Yesus sebagai “orang gila” sebab dia yang selama ini bersusah payah mencari harta baginya, diminta untuk merelakan semuanya itu menjadi milik orang-orang miskin. Hal yang sangat mustahil dan tak akan ada orang yang sanggup melakukannya. Tetapi apa yang dituntut oleh Yesus kepada orang kaya itu untuk memperoleh kehidupan kekal, memang itulah yang ideal dan harus dilaksanakan. Karena hanya dengan cara demikianlah seseorang dapat secara total bersatu dengan Allah. Lalu, apakah tuntutan Yesus itu menjadi sangat berat sehingga mustahil dilaksanakan? Sebenarnya tidak. Bahkan itu merupakan hal yang sangat ringan, sebab kita hanya diminta untuk mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya. Tidak usah kita memikirkan apa yang harus kita makan, yang akan kita pakai atau kehidupan esok hari. Yesus hanya meminta kita untuk mengikatkan diri kepada-Nya, bukan kepada barang-barang fana.
Akan tetapi, orang kaya itu sudah sedemikian terikat dengan harta kekayaannya sehingga dia sulit untuk melepaskannya dan lupa apa hal yang paling penting untuk memperoleh kehidupan kekal. Padahal, Yesus hanya meminta hal yang sangat praktis, yakni percaya kepada-Nya dan kita akan memperoleh segala sesuatu bahkan lebih dari yang dapat kita pikirkan atau bayangkan. Pada Yesus ada lebih banyak harta bila kita dengan tulus dan total mempercayakan diri kepada-Nya. Tetapi orang kaya itu kurang bijaksana. Dia lebih memilih menikmati harta kekayaan duniawi daripada kehidupan kekal. Karena itulah Yesus berkata: “Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Yesus mengajak kita untuk pergi dan menjual segala harta milik kita serta membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin, lalu mengikuti Dia. Itu berarti, Yesus memberikan suatu jaminan bahwa kehidupan kekal hanya dapat diperoleh bila seseorang mau mengikatkan diri secara total kepadanya. Dan bahkan Yesus menjanjikan bahwa: “Barangsiapa, karena Injil, meninggalkan rumah, saudara atau saudari, ibu atau bapa, anak atau ladangnya, pada masa ini akan menerima kembali seratus kali lipat; dan di masa mendatang akan menerima hidup yang kekal.”
Untuk Yesus, jelas bahwa harta duniawi biar bagaimana pun banyaknya tidak akan pernah dapat memberikan jaminan hidup kekal. Tetapi percaya kepada-Nya dan memasrahkan segala sesuatu kepada-Nya, itulah yang menjamin seseorang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan ini, kita dituntut untuk mencari Sumber Kebijaksanaan yang dapat memberi kita jaminan kehidupan kekal itu. Orang kaya tadi memang sudah mencari Sang Kebijaksanaan itu, yakni Yesus. Tetapi dia sendiri tidak mau percaya kepada-Nya karena keterikatan akan hal-hal duniawi ini.
Menjual segala harta milik, membagi-bagikannya, dan mengikuti Yesus adalah hal yang sangat mustahil dilakukan bila kita tetap terikat pada hal-hal duniawi. Tetapi akan sangat mungkin dan bahkan sangat mudah bila kita memang ingin memperoleh kehidupan kekal. Memang kita tidak diminta untuk tidak memiliki apa-apa, tanpa makan-minum, pakaian dan sebagainya, atau hanya berdoa dan bermeditasi saja. Tetapi yang mau ditekankan oleh Yesus adalah, kita jangan pernah menjadi sangat terikat dengannya atau bahkan khawatir tidak akan memiliki apapun lagi. Ingat! Yesus telah menjanjikan upah atau jaminan kehidupan kekal bagi setiap orang yang mau menderita karena Injil. Oleh karena itu, masihkan kita menyia-nyiakan kesempatan untuk memperoleh kehidupan kekal itu? Mari kita senantiasa percaya kepada Yesus dan bersedia menderita karena-Nya. Semoga rahmat Roh Kudus membantu kita, kini dan selama-lamanya. Amin.
Share this post :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting